Baca Juga
Kabarbaik.com-Kemarin penulis mendapat pinjaman buku dari temen, bukunya cukup unik bahkan berbau kontroversi besar, buku itu berjudul SIDOGIRI MENOLAK PEMIKIRAN KH. SAID AQIL SIROJ, hal ini mengingatkan penulis ketika Sidogiri menerbitkan buku “Mungkinkah Sunnah Syiah dalam Ukhuwah?” Sebagai tandingan buku Dr. Quraish Shihab Sunah-Syiah Bergan dengan Tangan! Mungkinkah?, pada 2007 silam, Bahkan isinyapun tidak jauh berbeda mengupas hubungan antara ahlu sunah dan syiah dan menurut mereka kekeliruan tokoh-tokoh NU tersebut. buku yang ditulis oleh Tim Pustaka Sidogiri dan diterbitkan perdana pada Jumadil Ula 1437 H/2016 ini, menyajikan beberapa pemikiran-pemikiran Ketua PBNU yang mereka nilai sudah tidak pantas lagi sebagai orang NU, dalam buku Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi, buku ini dinilai berbau liberal dan akan menyesatkan, karena erat kali hubungannya dengan aqidah.
Penulis kita tidak perlu kuatir dengan hadirnya buku ini, sebab selain menambah kazanah tradisi menulis kalangan NU, juga memberi pencerahan bagi kalangan santri untuk terus mengaji dan mengkaji, bahkan banyak saran kepada penulis untuk melakukan bedah buku tersebut, di lingkungan Pondok Pesantren Ngalah purwosari pasuruan. Dan patut bagi muslim moderat untuk tidak terprovokasi dan mengagap ini adalah rahmat dan khilfiyah ulama.
Kita tidak perlu bingung, siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang sesat dan siapa yang disesatkan, siapa yang garis lurus atau garis bengkong yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menerapakan, mengamalkan keilmuan tersebut tidak hanya menjadi bahan diskusi yang mengakibatkan fitnah, saling menyalahkan dan mengagap dirinya paling benar. dalam buku sidogiri itupun juga tertulis“bahwa masing-masing pihak yang berseteru itu bisa jadi sama-sama benar” Hal 160. Karena perseteruan itu terjadi diranah ijtihadi, dimana perbedaannya adalah wajar dan bahkan niscaya. Menurut penulis hadirnya buku-buku diatas merupakan ijtihad mereka masing-masing dan itu sudah menjadi sunahtulloh. KH Nawawi pengasuh sidogiripun sudah menyadari akan hal tersebut dan menyatkan dlam kata pengantar buku itu bahwa beliau sudah tabayun dengan kh said. Sebagaimana dalam cover buku tersebut tertulis.
“Mengenai beberapa pemikiran KH. Said Aqil Siradj yang keliru, sebenarnya saya sudah tabayun langsung kepada beliau. Akan tetapi, menurut saya, tetap perlu adanya buku tanggapan seperti ini. sebab, sebuah buku memang seharusnya ditanggapi dengan buku, supaya sama-sama bisa dibaca dengan seksama oleh masyarakat kita. Yang perting bahwa adanya bukunya dilandasi oleh niat yang ikhlas dan tulus untuk tawashau bil-haq. Bukan untuk menjatuhkan, apalagi untuk menimbulkan kebencian dan permusuhan. Kita sudah terbiasa berbeda pikiran tapi kita harus tetap saling menghormati satu sama lain sebagaimana teladan yang dicontohkan oleh para ulama salaf dulu.” Komentar dari KH. A. Nawawi Abd. Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
Mari kita bersama-sama hormati perbedaan, sebab sekali lagi perbedaan ulama adalah rahmat , titik ketidak seerasian antara kedua buku diatas adalah karena Sidogiri mengunakan Hukum-hukum tendensi yang Galak sedangakan KH Said mengunakan hukum yang GAMPIL, sudah seharusnya bagi warga NU mengakomodasikan sebagai rujukan dalam keberagaman tradisi nahdatul ulama. Tidak terkecoh dengan statemen-statemn yang dibangun kelompok diluar NU, yang iri dengan kebesaran NU yang hendak mengahncurkan kekuatan NU.
Warga NU harus sadar bahwa perbedaan dikalanga ulama NU bukan yang pertama mislanya Mbah Wahab Chasbulloh dengan Mbah Bisri, kyai lirboyo mengenai ngesai kitab, dirana wali songo juga terdapat perbedaan, bahkan ditingkaty nabipun terjadi perbedaan mislanya nabi Khidir dengan nabi Musa. Maka antara sidogiri dan Kh said, sidogiri dan qurois sihab gusdur dengan kyai-kyai Nu ini sudah wajar dan kita tidak perlu terkecoh dengan propaganda orang-orang yang tidak suka dengan NU, inilah tugas kita sebagai penjagah islam wasathon. Islam moderat mengakomodasi perbedaan demi terwujudnya perdamaian.
Perlu penulis tegaskan dan penulis yakini bahwa KH said bukanlah wahabi, adapun kenapa saat diakampus umul quroh, beliau diklim fanatic wahabi sebab ia berada dianatara golongan orang-orang wahabi dan itu wajar layaknya kita dipasar tak mungkin kita berjubah. Beliau bukan pula syiah, karena ia asli aswaja ia hanya meredam masyarkat NU jangan sampai berbuat anarkis radikal yang tidak menunjukan islam moderat. Penulis berkesimpulan Beliau hanya menerapkan etika sebagai Salikberthoriqoh dimana salah satu kewajiban Thoriqoh adalah bagusi kabeh konco cilik gede lanang wadon enom tuo. diistilahi ngangu ihsan, fi’lul khoirot ila jamiil mahlukhot. (mus)
Sisi Positif Polemik Kiai Said Aqil dan Sidogiri
4/
5
Oleh
Dewa Online